Wednesday, October 14, 2009

Aspal Landasan Pacu

Pada umumnya landasan pacu memiliki lapisan aspa “hotmix” dengan identifikasi angka derajat dan arah yang dituliskan dengan huruf, serta garis garis yang mirip dengan “zebra cross” pada ujung ujungnya yang semakin berkurang jumlah garisnya bila menuju ke tengah landasan yang menunjukkan saat saat pesawat harus touch down (roda roda menyentuh landasan saat mendarat) serta take off (melandas). Pada landasan-landasan tertentu, ujung ujung landasan yang digunakan untuk tuch down atau take off digunakan lapisan beton, bukan aspal untuk menghindari melelehnya aspal pada saat pesawat take off dengan kekuatan mesin penuh, khususnya pesawat tempur yang menggunakan mekanisme afterburner sehingga menimbulkan semburan api pada nozzle (saluran buang) mesin pesawat. Aspal yang digunakan yang terbaik adalah aspal alam, dan yang terbaik diguanakan adalah aspal yang dihasilkan dari negara Trinidad dan Tobago, jadi tidak menggunakan aspal hasil olahan minyak bumi, yang mudah mencair/melunak akibat panas matahari, tekanan dan panas yang ditimbulkan dari semburan gas buang mesin pesawat. Pada bagian bawah lapisan aspal digunakan lapisan batu kali bukan batu koral seperti halnya penggunaan pengaspalan jalan raya. Landasan pacu dibuat dengan perhitungan teknis tertentu sehinga permukaannya tetap kering sekalipun pada musim hujan dan mencegah tergenangnya landasan yang mengakibatkan pesawat mengalami aquaplanning terutama saat mendarat yang sangat membahayakan.

Pada tepi kanan dan kiri serta ujung ujung landas pacu diberi lampu lampu dan tiang-tiang navigasi yang digunakan untuk membantu navigasi terlebih lebih pada cuaca buruk dan penerbangan malam hari.

Landas pacu bandara perintis memiliki konstruksi yang lebih sederhana dibandingkan bandara bandara komersial terlebih lebih di kawasan terpencil. Landasan pacu ini dikenal sebagai airstrip. Terkadang hanyalah lajur tanah yang diperkeras yang diberi lapisan rumput dan untuk mencegah amblasnya tanah , digunakan lonjoran lonjoran baja atau alas marston (lapisan plat baja yang berlubang lubang). Di Indonesia, landasan seperti ini digunakan di daerah pedalaman Irian Jaya atau Papua. Konstruksi landas pacu seperti ini digunakan pada masa Perang Dunia II untuk kepentingan militer karena pembuatannya lebih praktis.

Panjang landasan pacu bergantung pada suhu, kecepatan dan arah angin serta tekanan udara di sekitarnya. Di daerah gurun dan di dataran tinggi, umumnya landas pacu yang digunakan lebih panjang daripada yang umum digunakan di bandara-bandara bahkan bandara internasional karena tekanan udara yang lebih rendah. Sebagai contoh landas pacu di kota Doha, Qatar memiliki ukuran panjang sampai lebih dari 5.000 meter.

Pada landasan tertentu, dilengkapi kabel penahan pesawat untuk pendaratan (arrester cable) bahkan pelontar pesawat (catapult) terutama untuk landasan pendek dan landasan pada kapal induk.

From: http://www.aabi.or.id/detail_faq.php?artid=10003



Tuesday, September 15, 2009

Cadangan Aspal Untuk 600 Tahun

Oleh : Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim
Kamis, 06 Agustus 2009
Cadangan Aspal Indonesia cukup untuk memenuhi kebutuhan Indonesia selama 600 tahun ke depan. Hal ini terbukti, cadangan aspal Buton yang ada di Sulawasi Tenggara mencapai 650 juta ton. Sedangkan kebutuhan Aspal nasional mencapai 1,2 juta ton per tahun.(oby)

Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Panitia Ad Hock II, Yunus Samsudin saat Kunjungan Kerja (Kunker) ke Jatim di Kantor Gubernur Jatim, Kamis, (6/8) mengatakan, Indonesia salah satu pemilik dari dua sumber Aspal Buton di dunia. Selain di Sulawesi Tenggara, Aspal Buton juga terdapat di Negara Trinidad.Namun untuk saat ini, produksi Aspal Buton masih 1,2 juta ton per tahun. Hal ini disebabkan saat memproduksi BUMN yang menggelola Aspal Beku ini mengalami masalah. Untuk itu, diperlukan dua hal untuk dapat meningkatkan produksi, yaitu kebijakan dan teknologi.Untuk kebijakan berdasarkan Keputusan Menteri PU No. 35/2009 tentang Aspal Buton diharapkan seluruh provinsi dapat mengunakan aspal buton. Mewujudkan komitmen pemerintah untuk mendorong pendayagunaan Aspal Buton sebagai momentum tepat untuk mempergunakan produk dalam negeri. Terkait teknologi, masih membutuhkan teknologi dan waktu untuk dapat memproduksi sesuai kebutuhan Indonesia. “Untuk dapat mengembangkan Aspal Buton memang masih membutuhkan waktu. Diperkirakan tahun 2010 dapat memenuhi kebutuhan di Indonesia,” ujarnya. Cadangan aspal buton berasal dari Tambang Kubungka dan Tambang Lawele di Sulawesi Tenggara. Setiap tambang memiliki sifat aspal berbeda-beda, di Tambang Kubungka yang memiliki penetrasi aspal rendah kurang 10 (spesialisasi aspal lebih 40), kadar air tinggi lebih dari 10%. Kadar aspal 12-20%. Sedangkan Tambang Lawale penetrasi aspal normal, kedar air rendah, dan kadar aspal 25-30%. Berdasarkan data dari Nippon Oil Lab dan Highway Reseeach Institute of China Aspal Buton lebih baik dari aspal minyakAspal Buton memiliki beberapa kelebihan dibandingkan aspal yang lain seperti aspal Asiatic, Canada (TLA), Swiss, Perancis dan Bosnia. Aspal Buton lebih murah dibandingkan aspal yang lain, apabila mengunakan aspal dalam negeri ini, dapat menghemat 20-30% anggaran untuk mengaspal.. Harga aspal mengikuti harga minyak dunia, harga minyak dunia saat ini 20 dollar AS. Selain itu Aspal Buton lebih awat dibandingkan aspal yang lain. Terbukti pada 2005 Apal ini diujicoba di Ciamis Jawa Barat dengan curah hujan yang tinggi dan kemiringan 30 derajat aspal ini masih bertahan. ”Aspal Buton lebih ekomomis dibandingkan aspal lain, selain itu dengan mengunakan aspal buton ternyata tidak mengelupas dalam waktu yang lama. Sedangkan mengunakan aspal minyak di Ciamis Jabar mengelupas terlebih dulu,” ungkapnya.Aspal Buton diproyeksikan untuk jalan kabupaten/kota yang ada di Indonesia termasuk Jatim. Volume kendaraan yang melintas dalam satu hari satu malam kurang lebih dua ribu kendaraan. Aspal ini juga dapat digunakan untuk jalan provinsi dan jalan nasional. Aspal ini juga dapat digunakan untuk campuran Aspal hot mix, cold mix, warm mix maupun LPMA.Kondisi jalan di Jatim bervariatif dari baik sampai rusak berat, jalan nasional dengan kondisi baik 1.076.69 km atau 56%, sedang 737,78 km atau 38%, rusak ringan 82,74 km atau 4%. Sedangkan jalan provinsi dalam kondisi baik 208,88 km atau 14%, sedang 1.085,72 km atau 74% dan rusak berat 17,70 km atau 1%. Jalan kabupaten/kota dengan kondisi baik 9.401,21 km atau 38%, sedang 7.145,94 km atau 29%, rusak ringan 6.232,55 km atau 25% sedangkan rusak berat 1.838,44 km atau 7%.Wakil Gubernur Jatim, Drs H Saifullah Yusuf mengatakan, dengan harga aspal yang lebih murah tentu dapat digunakan untuk perbaikan di Jatim. Terbukti, Jatim sudah mengunakan Aspal Buton di Pasuruan dan Probolinggo. “Kalau harganya murah kenapa tidak,” ungkapnya. (oby)

From: www.jatimprov.go.id